Awalnya mereka berpacaran satu sekolah dan terus berlanjut sampai akhirnya menikah. Sang pria berwatak keras berbadan tegap dan disegani teman-temannya, sedangkan si wanita bertubuh langsing tetapi manis lembut ke ibuan dan menjadi incaran pria-pria teman satu sekolah. Tetapi entah kenapa dua watak yang berbeda bisa mempersatukan mereka dari sepasang
kekasih bisa menjadi sepasang suami istri. Sudah jodoh dari tuhan kali ya..
Pada awal pernikahan si wanita ini mulai tidak betah dengan
sikap kasar dari suaminya. Pertengkaran-pertengkaran kecil berawal dari debat mulut sering terjadi karena hal sepele, semakin lama semakin parah. Karena masih muda dan mempertahankan ego masing-masing.
Kata-kata ingin cerai sering keluar dari mulut wanita, sedangkan si pria tidak sekalipun
pernah mengatakan ingin cerai atau hubungan ini berakhir. Yang tidak disadari
si wanita adalah pria ini kasar karena memang watak yang sudah terpatri akibat
dari keluarganya yang berantakan. Keadaan semakin ruwet ketika ibu dari si
wanita masuk dalam pertengkaran ini. Teriakan dan airmata sudah sering keluar. Puncaknya kata cerai dari wanita sudah tidak bisa di ganggu gugat. Untunglah
ada seseorang yang dengan tulus membantu berhasil mendamaikan mereka berdua. Mengingatkan mereka untuk menahan diri sejenak jangan terbawa emosi sesaat. Akhirnya berhasil di damaikan.
Pelan tapi pasti si wanita akhirnya mulai terbiasa dengan
watak keras pria tersebut sampai akhirnya mereka memiliki dua orang anak. Dan
pelan-pelan juga wanita ini mulai menyadari siapa sosok pria yang menjadi
suaminya. Dibalik sikap keras dan cenderung tegas dari pria ini ternyata
tersimpan hati mulia seorang laki-laki/suami. Dia sangat menyayangi istri walaupun cara
menunjukkan sikap sayangnya jauh dari kata romantis lewat kata-kata. Sebenarnya pria itu humoris dan konyol tapi kalo sudah urusan adu mulut tidak ada kata mengalah.
Ketika dia sakit suaminya mau melayani, menjaga dan
mendapinginya. Dia sungguh-sungguh mencari obat dan mengantarkan kedokter agar
si istri cepat sembuh. Pria ini pandai memasak, setiap hari yang memasak adalah
spria ini. Kalau si wanita bisa dihitung dengan jari. Bahkan dia banyak belajar
dari suaminya itu. Kalaupun wanita ini memasak anak-anaknya malah complain
tidak suka masakan ibunya. Pria yang menjadi suaminya ini tidak segan-segan
memandikan anaknya. Mengantarkan sekolah sudah biasa. Apapun yang bisa dia kerjakan untuk merawat dan menjaga
keluarganya dia lakukan dengan tulus.
Wanita ini baru menyadari bahwa pria yang dia pikir
salah untuk dipilih, tidak romantis dan keras kepala ternyata adalah pria yang
bertanggung jawab dan pekerja keras yang pintar mencari uang. Suaminya rajin menabung karena ia berpikir
jauh kedepan untuk memiliki rumah. Mobil kelas menegah pernah dia beli, tetapi
karena merasa kurang bermanfaat untuk saat ini akhirnya dijual untuk tambah-tambah
membeli rumah bagi masa depan keluarganya. Pria ini jago mengelola keuangan
keluarga tidak seperti si wanita yang ingin apapun harus di beli tanpa perhitungan matang. Suaminyalah
yang menentang dan melarang jika dirasa barang dia beli tidak terlalu bermanfaat.
Kini mereka berdua jadi partner kerja, bekerja sama mengelola usaha
kuliner masakan Nasi Lalapan di pusat kota. Setelah pria itu berhenti dari perusahaan swasta. Usaha kuliner mereka semakin lama
semakin berkembang pesat pelanggan mereka semakin banyak. Cita rasa dan menu
lalapan yang unik yang menjadi daya tarik sehingga ramainya pembeli. Banyak pelanggannya yang antri menunggu giliran untuk di layani.
Setelah melalui semua ini wanita ini teringat masa-masa
kelam rumah tangga mereka, betapa labilnya dirinya pada masa itu. Awal-awl pernikahan yang banyak mengurai air mata juga waktu dan pikiran. Wanita ini ingat pesan orang yang mendamaikan
mereka ketika puncak-puncaknya pertengkaran hebat mereka:
" Sabar suamimu memang keras tapi dia adalah tipe laki-laki
yang bertanggung jawab. Kamu bisa saja mencari pengganti pria lain yang menurut
kamu lebih baik tapi belum tentu yang bertanggung jawab seperti suami kamu ini
bisa kamu dapatkan.."...hmmm..
Tidak ada komentar: